Daur Ulang Minyak Jelantah Jadi Biodiesel, Kelompok Masyarakat ini Raup Omzet Rp 2 Juta per Hari

Ilustrasi minyak jelantah(DOK. RW 05 Jatinegara)

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Fatty acid methyl ester (FAME) atau yang lazim dikenal sebagai biodiesel, belakangan ini tengah ramai digunakan sebagai alternatif bahan bakar energi fosil. 

Kelapa sawit menjadi komoditas utama yang digunakan banyak pihak untuk memproduksi biodiesel. 

Ternyata bukan hanya kelapa sawit, biodiesel juga bisa dihasilkan dari minyak hewani, minyak nabati, bahkan minyak goreng bekas.

Menilik potensinya, produk turunan minyak sawit yaitu minyak goreng sawit bekas atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah pun menjadi salah satu opsi bisnis menjanjikan di masa depan. 

Sardji Sarwan merupakan salah satu yang telah berhasil mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel dan menjualnya melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Tarakan Timur, 

Sardji mampu meraup omzet Rp 2 juta per hari dengan mempekerjakan sembilan karyawan yang bekerja 4 jam per hari, dengan bayaran Rp 2 juta per bulan per orang. 

“Produk biodiesel yang dihasilkan bisa mencapai 180 liter per hari dan dijual dengan harga Rp 11.000 per liter,” kata Sardji dalam keterangan tertulis, Senin (7/12/2020). 

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Kementerian ESDM Saleh Abdurrahman menyampaikan, pemanfaatan minyak jelantah untuk biodiesel menjadi salah satu opsi yang baik sebagai bagian dari peningkatkan sirkular ekonomi yaitu melakukan daur ulang pemanfataan sumber daya untuk terus menghasilkan manfaat ekonomi sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

“Mengingat besarnya potensi minyak jelantah menjadi potensi bisnis yang bagus termasuk bagi generasi muda di Indonesia,” ujar Saleh. 

Kajian awal Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Traction Energi Asia tentang Potensi Minyak Jelantah Untuk Biodiesel dan Penurunan Kemiskinan di Indonesia (2020) mencatat bahwa pada tahun 2019, konsumsi minyak goreng sawit nasional mencapai 16,2 juta kilo liter (KL). 

Dari angka tersebut rata-rata minyak jelantah yang dihasilkan berada pada kisaran 40-60 persen atau berada di kisaran 6,46 – 9,72 juta KL. 

Sayangnya, minyak jelantah yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta KL atau hanya 18,5 persen dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional.

Kajian tersebut menemukan bahwa hanya sebagian kecil minyak jelantah di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai biodiesel.

Dari 3 juta KL yang berhasil dikumpulkan, hanya sekitar 570 KL yang dikonversi untuk biodiesel dan kebutuhan lainnya.

Sementara sisanya sekitar 2,4 juta KL digunakan untuk minyak goreng daur ulang dan ekspor.

TNP2K dan Traction Energy Asia menyebut, hal itu disebabkan belum adanya mekanisme pengumpulan minyak jelantah baik dari restoran, hotel dan rumah tangga.

Sebaran lokasi sumber minyak jelantah yang tidak simetris dengan lokasi pabrik pengolahan biodiesel, teknologi pengolahan yang belum cukup efisien dan kualitas biodiesel hasil olahan minyak jelantah yang masih perlu diuji lebih jauh, menjadi tantangan selanjutnya.

Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul: “Daur Ulang Minyak Jelantah Jadi Biodiesel, Kelompok Masyarakat ini Raup Omzet Rp 2 Juta per Hari