Minyak Jelantah Diklaim Penuhi 32 Persen Kebutuhan Biodiesel

Kementerian ESDM mengklaim potensi minyak jelantah mencapai 3 juta kiloliter yang mampu memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel di dalam negeri. (iStockphoto/beyhanyazar).

 

Jakarta, CNN Indonesia — Kementerian ESDM mengklaim potensi minyak jelantah mencapai 3 juta kiloliter atau setara 32 persen dari kebutuhan biodiesel di dalam negeri.

Subkoordinator Keteknikan Bioenergi Kementerian ESDM Hudha Wijayanto menyebut potensi minyak jelantah sebagai biodiesel berasal dari penggunaan minyak sawit di Indonesia yang mencapai 16,2 juta kiloliter per tahun.

“Potensi minyak jelantah sebesar 3 juta kiloliter per tahun akan dapat memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional,” ujarnya, mengutip Antara, Minggu (18/4)

Lebih lanjut Hudha menjelaskan ada dua prinsip utama yang harus dipenuhi apabila minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel.

Pertama, kualitas minyak jelantah harus mencapai standar spesifikasi biodiesel. Kedua, memiliki nilai keekonomian tinggi dan dapat diimplementasikan.

Menurut Engagement Unit Manager Traction Energy Asia Ricky Amukti, keberadaan minyak jelantah sebagai bahan bakar biodiesel memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesehatan.

“Minyak jelantah yang dibuang sembarangan akan berpengaruh langsung terhadap lingkungan hidup,” imbuh dia.

Padahal, pemanfaatan biodiesel dari minyak jelantah dapat menekan jumlah emisi karbon.

Selain itu, pemanfaatan minyak jelantah juga mampu menghemat biaya hingga 35 persen ketimbang biodiesel dari minyak nabati yang dihasilkan kelapa sawit.

Berdasarkan analisa Kementerian ESDM, biodiesel berpotensi mengurangi 91,7 persen emisi karbon dibandingkan solar. Karenanya, bahan bakar jenis ini lebih ramah ketimbang energi fosil.

“Jika memanfaatkan jelantah, kita tak perlu mengganti hutan dengan perkebunan kelapa sawit, yang justru berpotensi meningkatkan emisi karbon,” pungkas Ricky.

Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul: “Minyak Jelantah Diklaim Penuhi 32 Persen Kebutuhan Biodiesel”